Oleh: Muhaimin Iqbal
Aktivitas kita sehari-hari setidaknya dapat kita golongkan menjadi tiga tingkatan, yaitu yang berupa kewajiban, kebutuhan dan kenikmatan. Ini berlaku hampir di semua aspek kehidupan, dalam hal pakaian, makanan, maupun aspek-aspek lainnya. Dalam hal berpakaian misalnya, menutup aurat adalah kewajiban. Memakai baju hangat di musim dingin adalah kebutuhan, dan memakai baju bagus ketika hadir dalam acara tertentu adalah kenikmatan. Bagaimana aplikasinya di bidang lainnya ?
Dalam
hal makanan misalnya, makan makanan yang halal dan thoyyib adalah suatu
kewajiban, banyak sekali ayat di Al-Qur’an yang berisi “…makanlah…”
untuk menujukkan kewajiban ini. Tetapi selain kewajiban, makan juga
menjadi kebutuhan utama manusia. Kita butuh karbohidrat dan lemak untuk
memberi energi dalam aktifitas sehari-hari kita, kita butuh protein
untuk pertumbuhan dan membangun kembali sel-sel yang rusak.
Diatas
itu, makan juga merupakan kenikmatan – ketika kita sekali waktu ingin
makan makanan yang lezat. Pada tingkat kenikmatan ini, sering orang
tidak lagi peduli dengan nilai dari makanan itu sendiri. Sama-sama
karbohidrat, lemak dan protein – tetapi kita bersedia membayar jauh
lebih mahal demi kenikmatan ini.
Urutan
kewajiban, kebutuhan dan kenikmatan ini sebenarnya juga menjadi urutan
prioritas yang harus kita tempuh baik secara pribadi maupun masyarakat
dan bangsa. Bila kita bisa ikuti urutan prioritas ini, maka bangsa ini
mestinya tidak perlu dari waktu kewaktu diguncang oleh fuktuasi harga
dan ketersediaan stok bahan pangan.
Pertama
adalah menjadi kewajiban bagi para pemimpin (dan masing-masing kita
adalah pemimpin di lingkup kita masing-masing), untuk memastikan semua
pihak dalam lingkup kepemimpinan kita untuk bisa melaksanakan kewajiban
makan makanan yang halal dan thoyyib.
Bila
kewajiban ini kita laksanakan semua, maka tidak akan ada celah makanan
yang haram, meragukan atau makanan yang mengandung zat-zat yang
membahayakan yang menyelinap masuk di makanan kita.
Kedua
menjadi kebutuhan kita semua untuk bisa makan makanan yang memenuhi
unsur-unsur utama yang dibutuhkan oleh tubuh kita seperti karbohidrat,
lemak, protein, vitamin dan mineral. Karena menyangkut kebutuhan, maka
pemenuhannya harus diupayakan secara maksimal.
Manusia
dewasa rata-rata butuh protein murni sekitar 50 gram/hari misalnya,
maka harus diupayakan secara maksimal agar rata-rata umat ini bisa
memenuhi kebutuhan protein ini setiap harinya. Bila kebutuhan ini kurang
terpenuhi, maka ada yang terganggu dari fungsi tubuh kita – seperti
pertumbuhan yang terhambat dlsb.
Kebutuhan-kebutuhan
ini akan bisa lebih mudah dipenuhi bila kita memahami karakter dari
masing-masing jenis makanan kita. Maka memperhatikan atau mendalami
makanan-makanan kita ini termasuk yang diperintahkan oleh Allah dalam
Al-Qur’an, yang dimulai dari “Maka hendaklah manusia itu memperhatikan makanannya.” (QS 80:24)
Sekarang
coba kita perhatikan bila kita laksanakan perintah tersebut, saya
petikkan awal dan akhirnya saja sebagai contoh. Awalnya ada di QS 80 :
27 yaitu tentang biji-bijian, akhirnya ada di QS 80:32 tentang binatang
ternak. Untuk biji-bijian saya ambilkan contoh yang familiar dengan kita
yaitu padi/beras, kedelai dan kacang tanah. Sedangkan dari ternak saya
ambilkan produk utamanya yaitu daging dan susu.
Kemudian
kita bedah isi makanan-makanan tersebut dari kandungan utamanya saja
biar tidak terlalu njlimet, yaitu karbohidrat, protein dan lemak. Maka
hasilnya akan dapat kita lihat di table berikut.
Biji-bijian
secara sempurna memenuhi unsur-unsur utama yang dibutuhkan tubuh kita
baik dari sisi karbohidrat, protein maupun lemak. Sementara produk
ternak berupa daging dan susu keunggulannya bukan pada sisi kebutuhan
ini, tetapi dari sisi kenikmatannya.
Karena
tingkatnya adalah kenikmatan yang di atas kebutuhan, maka bagi yang
mampu tetap bisa saja membeli daging seharga Rp 100,000 – padahal isinya
yang 70 %-nya adalah air , atau susu yang 88 % isinya adalah air !
Dalam hal pemenuhan unsur-unsur karbohidrat, protein dan lemak - daging
dan susu tidak lebih baik dari kedelai yang harganya hanya 1/10 dari
daging.
Dengan
memahami urutan prioritas dari kewajiban, ke kebutuhan dan baru pada
kenikmatan – maka swasembada pangan yang paripurna akan lebih mudah
disusun. Ini bisa dilakukan baik skala individu maupun skala umat atau
bangsa. Selain kebutuhan karbohidrat, protein dan lemak, tentu ada juga
kebutuhan akan vitamin dan mineral.
Vitamin dan mineral ini banyak terdapat pada buah
dan sayur, dan ini tercakup dengan sangat lengkap diantara awal dan
akhir dari ayat-ayat makanan yang disuruh memperhatikan tersebut di
atas, tepatnya mulai QS 80:28 sampai QS 80:31.
Lebih
dari urusan pakaian dan makanan, bila kita bisa mengurutkan prioritas
aktifitas kita lainnya berdasarkan kewajiban, kebutuhan dan kenikmatan –
insyaAllah kita akan bisa mengelola segala urusan kehidupan ini dengan
cara yang sangat efektif dan penuh kenikmatan.
Dalam hal pekerjaan misalnya, ketika Anda bekerja hanya sekedar melaksanakan kewajiban dalam job description
Anda – maka pekerjaan Anda tersebut akan terasa berat dan membosankan.
Tetapi bila pekerjaan Anda sebagai kebutuhan, maka beban berat tersebut
akan berkurang karena Anda punya selfdrive
– yang mendorong Anda butuh bekerja. Bayangkan bila Anda bisa mencapai
tingkat berikutnya, yaitu bekerja pada tingkat kenikmatan – maka Anda
akan bisa menikmati setiap waktu Anda bekerja. Hasil karya Andapun
insyaAllah akan maksimal.
Dalam
beribadah khusus seperti sholat-pun demikian, selama kita masih pada
taraf melaksanakan kewajiban – maka ini akan terasa sebagi beban yang
berat untuk melaksanakannya – tetapi tetap harus kita laksanakan. Begitu
bisa meningkat sebagai kebutuhan, maka hilanglah rasa sebagai beban itu
karena seperti makanan tersebut di atas – kita butuh melaksanakan
sholat – sebagai makanan bagi ruh kita.
Pada
tingkatan tertentu kita bisa sholat berjam-jam ketika orang lain
terlelap dalam tidurnya, dan ini tidak lagi terasa berat – karena ini
berada pada tingkat kenikmatan yang diburu oleh para pencarinya. Jadi
bila Anda ingin bisa menikmati kehidupan ini, mulailah dengan
melaksanakan kewajiban Anda, kemudian penuhilah kebutuhan Anda dan
setelah itu baru Anda bisa mengejar kenikmatan itu. InsyaAllah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar