Food 2.0 Untuk Semua

Kamis, 27 Nopember 2014
Oleh: Muhaimin Iqbal
 
Bila Silicon Valley kini tidak hanya dunianya para penggila IT, tetapi juga para pengembang dan penemu makananan jenis baru yang disebut Food 2.0 – demikian pula kami di Startup Center Depok. Hanya fokusnya yang jelas berbeda, bila mereka berusaha men-syntesa makanan dari zat-zat dasarnya, ‘daging’ tidak harus dari hewan misalnya – kami justru berusaha mengembalikan semua makanan ke fitrahnya. Akses terhadap sumber-sumber produksi makanan yang mereka arahkan untuk terkonsentrasi pada para pemilik modal dan teknologi, kami justru berusaha mengembalikannya ke rakyat kebanyakan. 


Sumber makanan kita yang pokok itu intinya terdiri dari komponen-komponen dasar seperti karbohidrat, protein, lemak, vitamin dan mineral. Dengan menguasai formula-formula dasar yang menyusun komponen-komponen tersebut, memang dengan teknologi yang ada sekarang dimungkinkan untuk ‘meniru’ daging misalnya.

Hanya saja karena keterbatasan ilmu manusia – sampai kapanpun, maka sesuatu yang tidak diketahuinya bisa memberikan dampak yang tidak diinginkan. Dampak itu bisa berupa kesehatan terhadap para pemakannya, juga bisa berdampak pada system ekonomi yang menguasai sumber-sumber pangan bagi manusia secara keseluruhan.

Apa jadinya misalnya bila suatu saat nanti Silicon Valley berhasil sesukses Google, Facebook, Whatsup dlsb. dalam mengembangkan makanan Food 2.0 – dan kemudian manusia di seluruh dunia begitu ‘tergantung’nya dengan temuan-temuan baru tersebut – maka akan terjadi konsentrasi yang luar biasa terhadap penguasaan sumber-sumber pangan.

Apa dampaknya ? bukankah menguntungkan bila ada pihak yang bisa menyediakan pangan bagi semua ? Pangan untuk semua orang memang harus tersedia, tetapi tidak boleh terkonsentrasi pada segelintir pihak saja di dunia ini. Pangan akan menjadi fitnah besar di era  kemunculan ‘Dajjal’ sebagaimana hadits berikut :

Dari Mughirah bin Syu’bah dia berkata : “ Tidak ada orang yang lebih banyak bertanya kepada Rasulullah Shallallahu ‘ Alaihi Wasallam tentang Dajjal daripadaku, dan beliau bersabda kepadaku : “Hai anakku ! engkau tidak usah terlalu risau memikirkannya. Dia tidak akan mencelakakanmu ! “ Kataku : “Orang-orang menganggap bahwa Dajjal itu mempunyai sungai mengalir dan bukit roti”. Beliau bersabda : “ Itu sangat mudah bagi Allah Ta’ala untuk menciptakannya”. (Shahih Muslim no  4005 dan Shahih Bukhari no 6589 dengan teks yang sedikit berbeda).

Maka sebelum ‘Dajjal’ menguasai air (sungai) dan ‘bukit roti’, umat secara luas harus bisa menguasinya terlebih dahulu. Bagaimana caranya ? bersama-sama kita musti kreatif mengeksplorasi sumber-sumber makanan yang fitrah di sekitar kita dan membuatnya available bagi sebanyak mungkin manusia.

Beberapa tahun terakhir ini misalnya kita mengeksplorasi sumber-sumber karbohidrat  agar tidak tegantung pada terigu/gandum dan beras, setidaknya kita berhasil menemukan (potensi) gembili (Dioscoreae esculenta)  dan sukun (Artocarpus altilis).

Agar sumber protein tidak lagi tergantung pada daging yang kita impor, kita menemukan produksi daging yang lebih efektif dan lebih sehat – yaitu dengan mengembalikan konsep penggembalaan seperti yang dilakukan para nabi dan diisyaratkan di sejumlah ayat di Al-Qur’an.

Bila sumber protein dari daging inipun belum cukup, maka ada sumber-sumber protein nabati yang sangat berpotensi seperti pada tanaman Alfaafa (Medicago sativa) dan tanaman kelor (Moringa Oleifera).

Untuk sumber lemak selain dari daging selama ini umumnya disupply oleh minyak goreng, hanya saja minyak goreng yang kita gunakan kini berbeda dengan yang dahulu biasa kita gunakan. Sekarang minyak goreng diproduksi oleh perusahaan-perusahaan raksasa dan masyarakat menjadi tergantung kepada mereka. Ketergantungan ini membuat kita tidak punya pilihan banyak terhadap kwalitas khususnya.

Lemak yang kita butuhkan misalnya adalah lemak yang baik, atau yang disebut Mono Unsaturated Fatty Acid (MUFA), atau setidaknya yang menengah Poly Unsaturated Fatty Acid (PUFA) dan sedikit mungkin lemak yang tidak baik yaitu lemak jenuh atau Saturated Fatty Acid (SFA). Kita lihat sekarang minyak seperti apa yang kita peroleh di pasaran dari table dibawah.

Komposisi Jenis Lemak Pada Perbagai Minyak
Minyak atau lemak terbaik yaitu yang mengandung prosentase MUFA terbesar adalah minyak zaitun, maka pasti bukan kebetulan bila Allah hanya menyebutkan jenis minyak terbaik ini di Al-Qur’an (QS 24:36; 23:20). Kalau kita belum bisa memproduksinya sendiri (saat ini sudah mulai tanam pohonnya), ada runner-up-nya yaitu minyak kelor.

Kelor tumbuh di mana-mana tetapi hingga kini belum banyak yang mau mengolah bijinya untuk minyak yang berkwalitas tinggi ini. Bila minyak kelor-pun belum bisa kita peroleh dengan mudah, pilihan berikutnya dari sisi kwalitas adalah minyak kacang, setelah itu ada minyak jagung dan minyak kedelai. Bila inipun semua belum mudah didapat atau masih mahal – baru apa boleh buat kita pragmatis dengan yang ada yaitu minyak sawit.

Sebenarnya bahan-bahan untuk membuat minyak tersebut semuanya mudah tumbuh di tanah kita seperti kelor, kacang tanah, jagung, kedelai dan bahkan juga zaitun – jadi mustinya kita bisa membuat minyak kita sendiri dengan mudah agar tidak tergantung pada produk industri besar yang kita tidak punya banyak pilihan.

Untuk mengolah minyak ini memang butuh ilmu dan teknologi, tetapi juga tidak harus mahal. Gambar di bawah misalnya adalah teknologi tepat guna – yang masih harus kami kutak-katik untuk penyempurnaannya – tetapi insyaAllah bisa menjadi ‘mesin’ produksi minyak serba guna bagi rakyat kebanyakan.

Rancangan 'Mesin Produksi Minyak' Untuk Rakyat
Cara kerjanya terilhami oleh dongkrak mobil – yang bisa mengangkap mobil dengan berat berton-ton. Kekuatan tekan dari dongkrak tersebut yang dimanfaatkan untuk me-ngepres bahan-bahan yang mengandung minyak seperti zaitun, kelor, kacang tanah dlsb. Bila ingin kapasitas lebih besar dan kerjanya lebih ringan, maka fungsi dongkrak bisa digantikan dengan system hidrolis. Kami undang para engineer yang bisa bantu kami menyempurnakan ‘pabrik minyak’ untuk rakyat ini.

Bila masyarakat luas bisa membuat minyaknya sendiri, maka ini melengkapi bahan-bahan karbohidrat dan protein yang juga alternatif-alternatifnya sudah mulai kita rintis tersebut di atas. Setelah itu masyarakat tinggal menanam buah banyak-banyak untuk melengkapi kebutuhan vitamin dan mineral.

Dengan ini semua, swasembada pangan dari A sampai Z, dari karbohidrat sampai mineral, dari menanam sampai memprosesnya – insyaAllah semuanya bisa kita kuasai dan tidak harus mahal. Maka Food 2.0 menurut kita adalah ketika akses terhadap produksi dan konsumsi makanan adalah milik kita semua, bukan milik segelintir orang saja. InsyaAllah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar