Oleh: muhaimin Iqbal
Dua pekan lalu pemerintah menetapkan harga baru BBM dalam negeri yang menyengat rakyat. Meskipun langkah ini bisa dipahami, tak urung beban hidup memang menjadi lebih berat bagi sebagian rakyat yang mobile seperti kita-kita pada umumnya. Tetapi masalahnya yang lebih mendasar adalah apakah kita akan terus begini ? terus tergantung pada satu sumber energi (minyak) dan satu source (pemerintah) ? mestinya tidak, mestinya kita bisa mulai berbuat !
Selama
bahan bakar minyak masih tersedia dan masih terjangkau, meskipun kita
teriak mahal tetapi tetap saja kita gunakan karena memang tidak atau
belum ada pilihan lain yang lebih terjangkau. Bagaimana kalau minyak itu
suatu saat menjadi tidak terjangkau atau bahkan tidak available lagi ? haruskah kita menunggu waktu itu terjadi sebelum (terpaksa-kepepet) berbuat ? mestinya tidak.
Nah apa yang bisa kita lakukan sekarang sebelum kita terpaksa berbuat karena kepepet tersebut ?
Mungkin
memang tidak dalam skala individu, tetapi secara ber-jama’ah atau
komunitas seperti komunitas pembaca GeraiDinar inipun inysAllah kita
bisa mulai berbuat sesuatu yang konkrit dalam bidang minyak ini – baik
minyak sebagai bahan makanan maupun minyak sebagai bahan bakar.
Menariknya
adalah ketika Allah menyebut minyak di Al-Qur’an, yang disebut adalah
minyak yang bisa digunakan untuk keduanya – yaitu sebgai bahan makanan
sekaligus juga bahan bakar “ …yang dinyalakan dengan minyak dari pohon yang banyak berkahnya…” (QS 24:35).
Barangkalai
inilah isyarat kita untuk memulai strategi pengembangan solusi atas
problem minyak ini. Kita harus memulai dengan minyak yang multi-fungsi,
rakyat harus mampu memproduksi minyaknya sendiri dari apa yang ada di
sekitarnya – baik minyak untuk makan maupun untuk bahan bakar – food and fuel.
Website resmi PUSPITEK (Pusat Penelitian Ilmu Pengetahuan dan Teknologi) mengungkap adanya 60 jenis tanaman yang bisa menjadi pengganti BBM,
sayangnya saya belum peroleh detil yang 60 itu tanaman apa saja dan
sejauh mana proses ekstraksi minyaknya telah dikembangkan dan dengan
alat yang seperti apa.
Jawaban yang lebih konkrit saya peroleh dari Jerman, mereka mengungkapkan by name 86 biji-bijian yang bisa diambil minyaknya sekaligus menawarkan mesin yang bisa dipakai untuk mengambil minyak dari biji-bijian tersebut.
Namun
sebelum kita putuskan untuk membeli mesin mereka, kita akan bicara
dahulu dengan sejumlah ahli permesinan dalam negeri untuk membuat
mesin-mesin yang dibutuhkan – dan hanya bila kepepet saja kita baru
impor mesin.
Untuk
yang ketiga ini insyaAllah segera dapat kita mulai karena secara
bersama-sama komunitas pembaca situs ini – khususnya yang terlibat di
SKP kacang tanah – telah benar-benar menanam sekitar 40 hektar kacang
tanah di Bali utara. Untuk zaitun kita sudah mulai menanamnya tahun lalu
dan kelor baru mulai tanam tahun ini.
Calon
pembeli panenan kacang tanah tersebut sebenarnya sudah ada, tetapi bila
kita punya pilihan lain seperti tidak menjual kacang tanah mentah
tetapi memprosesnya sendiri menjadi minyak – maka minyak kacang tanah
ini nilainya berlipat-lipat. Alternatif ini Ini akan memperbaiki harga
jual kacang tanah kita sekaligus inysaAllah bisa menambah kesejahteraan
petani.
Kacang
tanah mengandung minyak sekitar 40-50%, jadi sangat berpotensi untuk
dijadikan sebagai sumber minyak makan yang baik. Bila suatu saat
produksi berlebih dari kebutuhan makan atau kepepet tidak ada bahan
bakar lagi – insyaAllah kita bisa juga survive dengan bahan bakar dari
minyak kacang tanah.
Meskipun yang sudah kita mulai adalah zaitun, kelor dan kacang tanah – tidak berarti sumber minyak nabati kita hanya dari tiga tanaman ini. Seperti pengungkapan PUSPITEK tersebut di atas, masih sangat banyak tanaman-tanaman penghasil minyak lainnya di negeri ini.
Kacang
mete misalnya, mengandung minyak yang kurang lebih sama prosentasenya
dengan kacang tanah. Bahkan bahan yang selama ini selalu kita buang
yaitu biji manga, didalamnya masih mengandung minyak sampai sekitar 11 %
dari berat keringnya.
Bisa
dibayangkan betapa banyak sumber minyak itu ada di sekitar kita,
tinggal bagaimana kita mengoptimalkan ilmu dan teknologi yang ada saat
ini – untuk bisa mengatasi masalah-masalah konkrit di depan mata kita
yang selalu berulang – yaitu masalah ketergantungan pada bahan bakan
minyak yang sejauh ini hanya dari (perusahaan) pemerintah.
Kita disuruh Allah untuk memakmurkan bumi (QS 11:61), pasti Allah sediakan ilmu dan sarananya. InsyaAllah kita bisa !
Tidak ada komentar:
Posting Komentar