Jum"at, 10 Mei 2013
Oleh: Muhaimin Iqbal
Ketahanan
pangan kita sungguh semakin mengkawatirkan, impor terbesar bahan pangan
kita adalah untuk komoditi pertanian yang belum bisa kita produksi
sendiri. Meskipun tonase impor gandum ‘hanya’ naik sekitar 58% selama
sepuluh tahun terakhir, nilainya dalam Dollar melonjak lebih dari 300%.
Tidak cukup-kah ilmu dan ketrampilan penduduk negeri ini untuk mengatasi
masalah yang sangat fundamental ini ? Mestinya cukup, hanya karena
belum mendasarinya dengan petunjuk – maka ilmu dan ketrampilan tersebut
menjadi kurang efektif.
Rabu, 8 Mei 2013
Oleh: Muhaimin Iqbal
Tahun
lalu impor bahan pangan dari empat komoditi utama kita saja mencapai
11.7 juta ton dengan total nilai sekitar US$ 4.9 Milyar. Terbesarnya
adalah gandum (6.3 juta ton, US$ 2,3 milyar) diikuti kedelai (1,9 juta
ton, US$ 1.2 milyar), jagung (1.7 juta ton, US$ 0.5 milyar) dan beras
(1.8 juta ton, US$ 0.9 milyar). Pertanyaannya adalah pantaskah negeri
yang paling kaya potensi sumber biomass dan biodiversity ini terus mengimpor bahan pangannya ? Apa yang bisa kita lakukan secara konkrit ?
Senin, 6 Mei 2013
Oleh: Muhaimin Iqbal
Majalah ekonomi terkemuka dunia yang berbasis di London – The Economist –
pekan lalu mengungkap fakta yang mengejutkan. Bahwa di seluruh dunia
ada sekitar 300 juta pemuda usia 15-24 tahun atau mewakili sekitar 25 %
pemuda dunia di rentang usia tersebut yang kini dalam status menganggur
total. Mereka tidak bekerja, tidak sekolah dan tidak sedang menjalani
pelatihan sehingga disebut NEET singkatan dari Not in Employment, Education or Training. Bagaimana kita bisa mencegah atau mengobati generasi pemuda yang berpenyakit NEET ini ?
Jum'at, 3 Mei 2013
Oleh: Muhaimin Iqbal
Di antara negara-negara yang melakukan persiapan yang luar biasa dalam menghadapi ASEAN Economic Community (AEC),
Thailand adalah salah satunya. Tiga kementrian sekaligus ditugasi untuk
menyiapkan rakyat Thailand untuk siap hidup di era ASEAN. Hal yang
sederhana tetapi vital dilakukan oleh menteri pendidikan mereka
misalnya, mereka menyiapkan rakyat Thailand untuk siap berbahasa Inggris
– karena bahasa itulah yang akan dipakai secara umum di era ASEAN
nantinya. Lantas apa yang kita lakukan ?
Kamis, 2 Mei 2013
Oleh: Muhaimin Iqbal
Indahnya
ilmu itu adalah bila dia dibagi, dia tidak berkurang tetapi malah
bertambah. Itulah yang terjadi di situs ini, awalnya saya menulis
sedikit tentang kebun. Kemudian para pembaca situs ini yang tahu lebih
banyak menambahinya dengan ilmu-ilmu mereka. Ada yang menambahinya dari
sisi perkebunan, science dan juga banyak yang menambahinya dengan Al-Qur’an. Maka pools of knowledge yang menggelinding seperti bola salju itu insyaAllah cukup untuk membuat grand design sebuah kebun yang tidak biasa, yaitu kebun yang berbasis Al-Qur’an. Apa isinya ?
Rabu, 1 Mei 2013
Oleh: Muhaimin Iqbal
Kita
mungkin memang lagi hidup di jaman yang serba tidak enak. Harga bahan
pangan terus naik, harga bahan bakar terus melambung, ke-aneka ragaman
hayati terus berkurang, hujan menimbulkan banjir, kemarau menimbulkan
kelangkaan air dan pendek kata masih ada segudang keluhan lainnya.
Tetapi ‘alhamdulillah ‘ala kulli haal, mestinya masih tidak
kurang banyaknya yang bisa kita syukuri. Bagaimana caranya ?, salah
satunya dengan ‘memahami’ apa yang sedang terjadi – contohnya pada harga
BBM.
Selasa, 30 April 2013
Oleh: Muhaimin Iqbal
Di
tengah kegersangan Marocco ada hutan tanaman pangan (food forest) yang
konon telah berusia 2000 tahun dan hingga kini masih lestari dan terus
menghidupi sekitar 800-an penghuninya. Di padang pasir California ada
suatu daerah desert resort yang disebut Palm Springs - dahulunya adalah reservation bagi suku Indian Cahuilla
yang telah hidup di daerah tersebut selama 500 tahun. Di Jonggol ada
sejengkal lahan yang kami jadikan ajang untuk belajar merekonstruksi ecosystem. Apa hubungan ketiganya ?