Selasa, 8 April 2014
Oleh: Muhaimin Iqbal
Dahulu desa-desa di Jawa bisa sangat dingin di pagi hari, maka sarung adalah pakaian multi purpose.
Dipakai sebagai pakaian laki-laki umumnya di siang sampai sore hari,
dan digunakan untuk selimut di malam sampai pagi hari. Tetapi ketika
kain sarung masih menjadi barang mewah, tidak semua orang bisa membeli
sarung dengan ukuran yang cukup. Maka dari sinilah muncul istilah
‘kemulan sarung’, kita harus ‘melipat tubuh’ kita agar sarung yang
kependekan tadi cukup untuk menutupi seluruh tubuh kita.
Ahad, 6 April 2014
Oleh: Muhaimin Iqbal
Di
setiap krisis yang dihadapi bangsa ini, saya selalu ‘bermimpi’ guru
imaginer saya Pak Kyai turut hadir menyelesaikannya. Maka seperti
‘mimpi-mimpi’ sebelumnya ketika negeri ini menghadapi krisis inflasi , meningkatnya jurang antara si kaya dengan si miskin dan krisis bahan pangan,
untuk kesekian kalinya saya ‘bermimpi’ Pak Kyai hadir kembali di sidang
kabinet. Kali ini kejadian dalam ‘mimpi’ tersebut adalah ketika
rangkaian PEMILU eksekutif 2014 telah berakhir, Presiden baru lengkap
dengan seluruh jajaran menterinya baru dilantik.
Jum'at, 4 April 2014
Oleh: Muhaimin Iqbal
Belum lama ini di telivisi disajikan sebuah
wawancara yang menarik tentang seorang walikota di negeri ini.
Sepanjang wawancara berulang kali si walikota menangis ketika
menceritakan penderitaan dan duka rakyatnya. Itulah empathy, kemampuan
untuk bisa merasakan apa yang dirasakan oleh orang lain. Empathy adalah
sesuatu yang barangkali kini langka di negeri ini, sesuatu yang sangat
dibutuhkan kehadirannya oleh rakyat tetapi nyaris tidak ada lagi di
negeri ini.
Rabu, 2 April 2014
Oleh: Muhaimin Iqbal
Salah
satu bukti kebenaran Islam itu terletak pada keadilan hukum-hukumnya
sepanjang jaman. Sejak jaman Nabi Shollallahu ‘Alaihi Wasallam sampai
sekarang, orang yang melanggar larangan haji dendanya (dam) tetap
menggunakan standar kambing. Demikian pula untuk aqiqah ketika anak kita
lahir, tetap menggunakan kambing. Bayangkan kalau denda itu berupa uang kertas, harus terus menerus direvisi karena nilainya yang terus menyusut.
Senin, 31 Maret 2014
Oleh: Muhaimin Iqbal
Dalam hal kebutuhan
pokok berupa pangan, air dan energi, sesungguhnya kita memiliki
kombinasi sumber-sumber terbaiknya di dunia. Tetapi ironinya justru kita
terbelakang dalam hal pemenuhan kebutuhannya. Untuk pangan, food security kita terendah di ASEAN. Dalam hal kebutuhan air, seperti laporan McKinsey yang
pernah saya kutip sebelumnya –pada tahun 2030 akan ada 25 juta orang
Indonesia yang tidak mendapatkan akses air bersih dan bahkan 55 juta
orang tidak mendapatkan sanitasi yang layak. Untuk energi, ranking kita hanya berada pada urutan 63 dari 124 negara menurut World Economic Forum.
sumber : http://investasi.kontan.co.id/news/alhamdulillah-kilau-dinar-juga-bersinar
Pamor dinar atau yang lebih dikenal dengan koin emas belum mampu
menandingi logam mulia atau emas batangan. Namun prospek investasi dinar
tidak kalah berkilau dibandingkan dengan investasi emas batangan.
Praktisi Dinar dan Dirham, Endy Kurniawan menjelaskan, dinar dan
dirham merupakan logam berbahan dasar emas dan perak seperti layaknya
emas dan perak batangan. Namun, koin dinar dan dirham ini memiliki kadar
khusus. Yakni, satu keping dinar memiliki unsur emas 22 karat (91,7%)
dengan berat 4,25 gram. Sedangkan satu keping dirham adalah perak murni
seberat 2,97 gram.