Oleh: Muhaimin Iqbal
Seperti orang kota yang kadang berkunjung ke desa, mereka tidak lama tinggal di desa dan buru-buru balik ke kota. Demikian pula uangnya, kadang uang orang kota mampir ke desa sebentar – tidak kerasan di desa – buru-buru balik ke kota. Karena pergerakan orang mengikuti aliran uang, maka orang desa-pun berbondong-bondong urbanisasi ke kota yang kemudian memunculkan sejumlah masalah ekonomi dan sosial. Aliran uang dan orang ini sebenarnya bisa dibalik, bagaimana caranya ?
Pertama
kita harus tahu, mengapa uang kota tidak kerasan di desa ? Sentralisasi
ekonomi telah membuat mayoritas produk dan jasa yang dibutuhkan oleh
orang desa berasal dari kota. Akibatnya setiap kali orang di desa ingin
menikmati produk dan jasa tersebut – serta merta uangnya tersedot ke kota.
Ambil
contoh uang yang Anda kirimkan ke keluarga di kampung, atau uang TKI
yang mengalir begitu desarnya ke kampung-kampung sumber TKI tersebut
berasal. Apakah uangnya tinggal di desa ? hanya singgah sebentar
kemudian pergi lagi ke kota.
Begitu keluarga di kampung menerima kiriman uang dari kota atau bahkan dari luar negeri, dengan sangat cepat top list pembelanjaannya
adalah semua barang dan jasa dari kota. Mulai dari mie instan, minyak
goreng, motor, bensin, bahan bangunan, televisi, handphone dlsb. yang
semuanya menyedot uang dari desa ke kota.
Bahkan
dalam dasa warsa terakhir ada mesin penyedot uang yang semakin efektif
menyedot uang dari desa-desa dengan sangat cepat ke kota. Apa itu ?
Itulah pulsa telepon yang sampai ke desa-desa. Dahulu orang desa tidak
perlu membeli pulsa untuk telepon.
Kini
anak-anak mereka dari sekolah SD sampai perguruan tinggi perlu diberi
uang saku tambahan untuk membeli pulsa. Semakin canggih teleponnya –
semakin boros pulsanya karena untuk browsing, chatting sampai download video.
Penyedot
uang orang desa berikutnya adalah bank, ketika orang-orang desa belajar
menabung ke bank - sementara bank lebih banyak menerima tabungan ini
ketimbang menyalurkan dananya untuk diputar di desa – maka disitulah
uang desa disedot ke kota oleh bank-bank ini – untuk selanjutnya ditaruh
di SBI dan dipinjamkan kepada para konglomerat dan orang-orang kaya
lainnya !
Lantas
bagaimana kita bisa membalik arah aliran uang ini sehingga paling tidak
dia berputar secara seimbang, uang orang kota mengalir ke desa –
tinggal disana secukupnya, menggerakkan ekonomi desa – kemudian hasilnya berputar lagi ke kota dan begitu seterusnya ?
Yang kita butuhkan adalah mesin ekonomi yang bisa bener-bener berputar di desa, yaitu mesin ekonomi yang bisa mengolah resources yang ada di desa. Apa yang ada di desa ? utamanya adalah sawah dan ladang pertanian.
Tetapi dengan resources berupa sawah dan ladang saja tidak cukup – bila dua resources
lainnya tidak ada, yaitu tenaga kerja dan modal. Selama ini tenaga
kerjanya lari ke kota karena mengikuti uang (modal) yang sebagian
terbesarnya hanya berputar di kota.
Ini
seperti ayam sama telur, modalnya dahulu ditarik ke desa kemudian
tenaga kerjanya akan mengikuti – atau tenaga kerjanya dahulu yang aktif
membangun desa kemudian uang/modalnya akan mengikuti ? kita bisa mulai
dari mana saja.
System bertani di awan atau cloud farming
yang saya perkenalkan beberapa hari lalu, dapat menjadi penyeimbang
aliran dana dari kota ke desa dan sebaliknya dari desa ke kota. Bila
bank dan operator telepon seluler menarik uang orang desa ke kota, iGrow – Cloud Farming service provider berusaha mengalirkan uang orang kota langsung ke desa-desa untuk mengolah sumber daya yang ada di desa.
Dengan
teknologi yang kita miliki sekarang, Anda sudah bisa misalnya
menyisihkan sebagian tabungan Anda tidak lagi seluruhnya dalam bentuk
deposito/tabungan uang Rupiah atau Dollar, tidak lagi uang untuk hari
tua Anda tersimpan hanya di dana pensiun dan asuransi.
Semua urusan tanaman Anda ditangani oleh para professional yang mengelola Farm Infrastructure Provider dari cloud farming system yang saya beri link-nya
di tulisan tersebut di atas. Pada waktunya panen, mereka menyetor balik
modal dan bagi hasilnya melalui system yang kini sudah siap di iGrow.Club atau iGrow.Asia.
Untuk mengamankan portfolio tanaman Anda, maka secanggih dan se-amanah apapun Farm Infrastructure Provider yang ada – dalam system iGrow mereka tetap diawasi oleh independent surveyor/supervisor. Apa gunanya ? untuk make sure mereka bener-bener menanam tanaman Anda sesuai best practice di masing-masing jenis tanaman.
Ketika
musim panen tiba, mereka juga melakukan survey dan supervisi yang sama
untuk meyakinkan bahwa hasil panennya wajar dan Anda-pun mendapatkan
bagi hasil yang wajar.
Standard Operating Procedure (SOP) bagi para (calon) pengelola Farm Infrastructure Provider
inipun sudah kami buatkan contohnya di kebun yang kami kelola sendiri
di Blitar, tinggal menyesuaikannya dengan jenis-jenis komoditi khusu
yang akan ditanam oleh provider ybs. Kami juga menyediakan magang khusus
untuk para calon pengelola ini yang kami sebut Agroforestry Apprenticeship Program (AAP), yang angkatan perdananya mulai 10/11/14 yang akan datang.
Maka
ini bisa menjadi peluang terbaik Anda untuk membangun desa atau daerah
Anda. Hanya tiga langkah yang Anda perlukan untuk bisa berbuat membalik
arah pertumbuhan ekonomi dari hanya terpusat di kota, menjadi juga
tumbuh di desa-desa.
Pertama
identifikasi potensi yang ada di desa/daerah Anda, tanaman apa yang
menjadi keunggulan daerah tersebut ? Adakah peluang untuk membesarkannya
?
Kedua
bicara dengan pihak-pihak terkait di desa /daerah tersebut, adakah
mereka siap untuk bekerja pada tingkat berikutnya ? bekerja dalam system
dengan pengawasan independent dan dengan standar pelaporan yang baku
dan transparan ? Kalau tidak ada, adakah orang dari daerah lain yang
bersedia mengolah potensi yang ada ? kalau ndak ada juga bisa menunggu
lulusan program AAP tersebut di atas.
Ketiga
bicara dengan kami di team iGrow untuk tahap-tahapan implementasinya,
mulai dari survey kesiapan lahan, kesiapan orang dan baru kemudian
bicara tentang mekanisme aliran modal dari kota ke desanya. Setelah
semuanya disepakati, maka komoditi yang Anda tanam di desa akan muncul
di daftar tanaman seperti yang Anda sudah bisa lihat sekarang di
iGrow.Asia.
Begitu
orang-orang kota melihat ada peluang menanam sayur organic , padi,
kacang tanah – hanya dengan klik iconnya masing-masing di iGrow
(sekarang yang sudah ada baru buah-buahan) – maka saat itu pulalah uang orang kota mulai mengalir ke desa dan untuk tinggal disana sampai waktu tertentu.
Bisa jadi Anda yang sejak lahir ada di kota, tidak merasa perlu untuk ikut menggerakkan ekonomi desa ini. Meskipun
lahir di desa, mayoritas usia saya juga saya habiskan di kota – jadi
tadinya saya juga merasa tidak ada kepentingan langsung dengan ekonomi
di desa ini.
Tetapi bersamaan dengan perjalanan waktu, saya melihat Potensi Krisis Tiga Penjuru seperti yang saya tulis di tulisan sebelumnya -
mau tidak mau kita harus berbuat sesuatu untuk menyelamatkan anak- cucu
kita dari menjadi korban kebijakan ekonomi kapitalisme ribawi yang
tidak mensejahterakan mayoritas manusia kini apalagi nanti.
Lebih
dari itu ada perintah langsung dari Allah ! ketika Al-Maududi dalam
kitab Tafhim Al-Qur’an menjelaskan tafsir surat Al-Hasyr ayat 7 “… supaya harta itu jangan hanya beredar di antara orang-orang kaya saja di antara kamu…” (QS 59:7), beliau menjelaskan bahwa inilah prinsip dasar kebijakan ekonomi dalam Islam.
Orang-orang kaya (mayoritasnya orang kota) tidak boleh memonopli perputaran harta
hanya pada mereka, system ekonomi tidak boleh membuat harta orang
miskin sedemikian rupa tersedot mengalir ke orang-orang kaya kemudian
hanya berputar di golongan yang kaya ini. System ekonomi tidak boleh
membuat hanya yang kaya terus bertambah kaya sementara yang miskin
justru bertambah miskin.
Maka
bila kita sadari kini bahwa system yang ada baru menambah orang kaya
yang semakin kaya dan orang miskin yang semakin miskin dan terus
bertambah banyak, inilah
saatnya kita membenarkan perintah di ayat tersebut di atas dan kemudian
berbuat sesuatu untuk mengamalkannya – mulai dari yang kita bisa. InsyaAllah buah dari ketaatan ini akan selalu baik, untuk kehidupan kita kini dan nanti. Amin.