Selasa, 25 Nopember 2014
Oleh: Muhaimin Iqbal
Seolah menjadi trend, sehari setelah saya menulis In Search of New Food, harian
nasional Kompas (24/11/14) di halaman utamanya menulis tentang Pangan
2.0 atau lebih luas dikenal dengan Food 2.0. Intinya hampir sama, semua
pencarian (sumber) pangan baru ini di-trigger oleh kegalauan
terhadap kelangsungan ketersediaan pangan bagi kita kini dan generasi
mendatang. Bedanya adalah apa yang mendasari kegalauan tersebut, mereka
galau dan kita-pun galau – tetapi penyebabnya berbeda !
Ahad, 23 Nopember 2014
Oleh: Muhaimin Iqbal
Bulan
April lalu ketika Duta Besar AS mengunjungi Rumah Tempe Indonesia di
Bogor, dia mengungkap dengan enteng fakta yang sesungguhnya luar biasa.
Dia mengaku : “90 % kacang kedelai yang digunakan bahan baku tempe
dan tahu Indonesia berasal dari Amerika, Indonesia adalah pangsa pasar
kedelai terbesar , tahun 2013 nilai ekspor agrikultur Amerika ke
Indonesia mencapai US$ 4.8 Milyar…” (tempo.co). Dari sumber lain (GMO-Compass) kita tahu bahwa lebih dari 90% (tepatnya 93%) produksi kedelai di Amerika adalah GMO, apa artinya ini ?
Jum'at, 21 Nopember 2014
oleh: Muhaimin Iqbal
Keindahan
ciptaan Allah itu ada di sekitar kita, tetapi sering berlalu begitu
saja bila kita tidak memperhatikannya secara serius. Salah satunya
adalah ketika saya lagi mendalami seluk beluk pohon kelor (Moringa
oleifera ), saya menemukan biji-biji dari pohon ini yang sangat indah –
yaitu biji-biji yang bersayap. Pasti ada grand design yang
besar dari Sang Maha Pencipta, mengapa biji-biji kelor ini diberi sayap
oleh Allah sedang pada biji tanaman lainnya pada umumnya tidak bersayap ?
Selasa, 18 Nopember 2014
Oleh: Muhaimin Iqbal
Bila negeri yang paling kaya biodiversity, mendapatkan sinar matahari sepanjang tahun dan hampir seluruh wilayahnya mendapatkan hujan ini hingga kini belum ada tanda-tanda akan bisa mencukupi pangannya sendiri – pasti ada sesuatu yang seriously wrong dalam
pengelolaan pangan kita. Yang saya lihat salah satunya adalah salah
memilih guru. Selama ini kita berusaha bertani mengikuti cara barat,
yang mereka sendiri ternyata baru menyadari kekeliruan mendasarnya –
bahwa pertanian mereka ternyata tidak sustainable !
Ahad, 16 Nopember 2014
Oleh: Muhaimin Iqbal
Setelah 69 tahun merdeka dan 7 presiden
silih berganti, belum nampak tanda-tanda negeri ini akan swasembada
pangan. Bahkan seperti yang pernah saya tulis sebelumnya “Red Alert : Darurat Pangan”
kecenderungan ketergantungan terhadap produk impor itu nampak semakin
tinggi. Bisa jadi karena selama ini kita mencari jawaban di tempat yang
salah atau setidaknya belum meng-eksplorasi peluang yang ada secara
menyeluruh. Kita terlalu fokus pada biji-bijian yang ditanam dengan
susah payah – lupa ada potensi daun yang bisa jadi lebih mudah !
Jum'at, 14 Nopember 2014
Oleh: Muhaimin Iqbal
Dalam
pepatah ‘dunia tidak sesempit daun kelor’ – daun kelor diartikan
sebagai sesuatu yang sempit atau kecil. Tidak banyak yang tahu bahwa
arti (manfaat) harfiah daun kelor sesungguhnya sangat luas. Badan dunia
WHO bahkan sudah 40 tahun terakhir menggunakan daun kelor ini untuk
mengatasi malnutrisi pada anak-anak di negeri yang mengalami krisis
pangan. Daun kelor insyaAllah bisa menjadi salah satu unggulan Indonesia
di pasar MEA, bahkan pasar global nantinya. How ?
Kamis, 13 Nopember 2014
Oleh: Muhaimin Iqbal
Sayyid
Abul Ala Maududi ketika menjelaskan tafsir surat Yaa Siin ayat 12
menkategorikan entries pada catatan buku amal manusia itu ada tiga.
Pertama adalah perbuatan kita, baik atau buruk semuanya akan tercatat.
Kedua adalah jejak peninggalan kita baik di bumi tempat kita hidup
maupun pada bagian tubuh kita sendiri. Ketiga adalah pengaruh dari apa
yang kita lakukan, yang kemudian diikuti oleh orang lain – baik atau
buruk, semua juga akan tercatat. Lantas apa yang kita ingin torehkan di
buku catatan amal kita ?