Bretton Woods (I) Gagal, Bretton Woods II (Kalau Toh Akan Ada) Juga Akan Gagal – Mengapa ?

Breeton WoodPertemuan puncak 20 pemimpin negara yang memiliki focus pada financial market dan ekonomi dunia di Wahington, D.C. pekan lalu rame disebut-sebut sebagai cikal bakalBretton Woods II.

Ketika G 20 Berwacana, China Sudah Bergerak…

China
Kemarin saya menulis panjang lebar tentang G-20 dan wacana Bretton Woods II – nya. Dalam skala negara sebenarnya ada yang jauh lebih cerdik dan cekatan meresponse krisis finansial global ini ketimbang G-20 yaitu China.

Kehancuran Uang Kertas Mengikuti Deret Fibonacci...

Bahwasanya uang kertas yang menjadi salah satu pangkal Riba pasti hancur, ini sudah dijanjikan Allah dalam surat Al Baqarah 276 : “Allah Memusnahkan Riba dan Mensuburkan Sedeqah...”.

Bangun Ketahanan Ekonomi Keluarga Dengan Dinar, Tetapi Jangan Menimbun...!

Melihat judul ini mungkin Anda bingung, bagaimana kita menggunakan Dinar dan bahkan juga menyimpannya tetapi tidak menimbunnya ?. Bagaimana caranya ?, apa batasannya ? dsb.

Dinar & Produktivitas Negeri...

Kemarin  US$ sempat melampaui angka Rp 13,000 di pasar.  Dampaknya terhadap harga emas dan Dinar tentu sangat significant. Sampai-sampai GeraiDinar.Com menganjurkan kepada para agen dan kliennya agar tidak bertransaksi untuk menghindari transaksi yang mengandung gharar.

Perbedaan Inflasi Yang Dhalim Dengan Naik-Turunnya Harga Yang Fitrah

Agak teknis sedikit, untuk menjelaskan inflasi yang dhalim saya akan gunakan rumus yang digunakan para monetarist yaitu M x V = P x Q . Dimana M = jumlah uang, V= kecepatan berputar; P= Tingkat harga dan Q = Jumlah barang dan Jasa.

Bukti Stabilitas Daya Beli Dinar (Emas) dan Dirham (Perak) dari Al-Qur'an dan Al- Hadits

Mungkin Anda bertanya apakah ada uang atau unit of account di zaman ini yang tidak terpengaruh oleh inflasi ?, jawabnya ada yaitu mata uang yang memiliki nilai intrinsik yang sama dengan nilai nominalnya yaitu mata uang yang berupa emas dan perak atau dalam khasanah Islam disebut sebagai Dinar dan Dirham.

Prinsip 1/3 Dalam Pengelolaan Harta

Ada sebuah nasihat yang sangat Indah kepada diri saya sendiri yang juga insyaallah bermanfaat bagi pembaca. Nasihat ini saya ambilkan dari kitab Riyadus –Shalihin yang ditulis oleh orang sholeh zaman dahulu yang terkenal keikhlasannya. Saking ikhlasnya Imam Nawawi, konon kitab asli dari Riyadus Shalihin tersebut tidak bisa dibakar oleh api.

Delapan Hal Yang Harus Diketahui Tentang Emas ...

Berikut saya sarikan tulisan dari James Turk pendiri GoldMoney tentang Delapan Hal Yang Harus Diketahui Tentang Emas – saya hanya mangambil idenya sedangkan angka-angka dan aplikasi saya ubah untuk menyesuaikan dengan Rupiah atau data yang lebih update.

Agar Harta Itu Jangan Hanya Berputar Diantara Orang-orang Kaya...


Kali ini saya ingin mengingatkan diri saya sendiri dan mudah-mudahan juga berguna untuk para pembaca blog ini. Dengan gigihnya kita memperjuangkan mata uang yang Adil dari Emas dan Perak, kita juga jangan sampai terjebak dalam perilaku menimbun emas. Di tulisan saya sebelumnya, saya juga mengingatkan jangan sampai harta kita justru menjadi liability di akhirat....

Belajar Dari Kehidupan Bebek Liar...

Gerai Dinar Investment Guide....

Terkait dengan tulisan saya pada pertengahan bulan ini mengenai positioning Gerai Dinar yaitu memperkenalkan Dinar sebagai alat Investasi dan Proteksi Nilai - selain sebagai ‘uang’ dalam pengertian yang luas tentunya, maka kali ini saya ingin berbagi pandangan dan pengalaman mengenai bagaimana sih posisi Dinar dibandingkan dengan alat investasi yang lain ?.

Mengenal Dinar dan Dirham Islam

Sabtu, 22 November 2018
Oleh: Muhaimin Iqbal

Pada zaman Khalifah Umar bin Khattab sekitar tahun 642 Masehi bersamaan dengan pencetakan uang Dirham pertama di Kekhalifahan, standar hubungan berat antara uang emas dan perak dibakukan yaitu berat 7 Dinar sama dengan berat 10 Dirham.

Ghalabati Al - Dain : Penyebab Musibah Finansial Global

Jum'at, 21 November 2008
Oleh : Muhaimin Iqbal

Yang mengerikan sebenarnya bukan ukuran dari hutang tersebut, melainkan trend kenaikannya. Karena AS sebagai gurunya juga terus menerus manambah hutang – nilai hutang mereka ‘baru’ mencapai US$ 8.0 trilyun tiga tahun lalu; demikian pula Indonesia, pada saat yang sama tiga tahun lalu hutang kita ‘baru’ Rp 1,282 trilyun.

Belajar dari Rupiah, Dollar dan Emas Dalam Empat Dasawarsa…


Jum'at, 21 November 2008
Oleh : Muhaimin Iqbal

Ada kalanya saya terpaksa melanggar aturan saya sendiri untuk tidak menulis di waktu liburan, ini karena godaan untuk menulis begitu tinggi terutama untuk meresponse pertanyaan-pertanyaan kritis dari pembaca blog ini.

Muzara'ah : Revolusi Hijau Yang Insyaallah Segera Kita mulai



Jum'at, 21 November 2008
Oleh : Muhaimin Iqbal

Sejak krisis finansial global memuncak pertengahan Ramadhan lalu, saya sibuk mencari buku-buku yang ditulis penulis barat tentang situasi yang sedang terjadi. Penasaran saja, saya ingin tahu apa yang mereka pikirkan tentang ekonomi dunia yang selama ini mereka agung-agungkan. Belum banyak memang buku yang keluar semenjak puncak krisis meletus tersebut, mungkin mereka lagi mulai nulis atau bisa jadi lagi bengong melihat apa yang sedang terjadi yang ternyata tidak sesuai dengan teori mereka.

Live in Future

Rabu, 17 Januari 2018
Oleh: Muhaimin Iqbal
 
Beberapa hari berada dan bergaul dengan begitu banyak innovator di dunia energy masa depan dalam arena World Future Energy Summit, saya berusaha merangkai seperti apa kiranya dunia masa depan dengan segala temuan –temuan tersebut. Ini menjadi semacam cerita science fiction yang sudah bukan lagi fiction karena semua technology-nya sudah ada. Faktor pemungkinnya atau enabling factor-nya pun sudah ada, maka chance untuk diterapkannya technology-technology tersebut menjadi sangat besar. Maka inilah Live in Future yang saya bayangkan.

Citronella : Si Cantik Dari Jawa

Rabu, 1 November 2017
Oleh: Muhaimin Iqbal
 
Citronella bukan nama gadis, tetapi dia merepresentasikan segala sesuatu yang indah dipandang mata dan harum ketika dicium  – yang dalam bahasa arab disebut thiib. Di dunia ada dua jenis citronella yaitu type Ceylon dan type Java, dan type Java inilah yang paling cantik diantara keduanya. Dia mengandung Geraniol dan Citronellal yang lebih banyak, sehingga dia lebih harum. Artinya Jawa dan Indonesia pada umumnya, seharusnya merajai basic industry berbasis citronella ini, mengapa belum ?

Halal Tourism Industry

Selasa, 16 Mei 2017
Oleh: Muhaimin Iqbal

Ada yang aneh di lapangan terbang Bangkok ketika saya baru-baru ini diundang untuk menjadi pembicara di conference mereka. Diantara yang menyambut saya dari Tourism Information mereka adalah wanita berjilbab, dan dari lapangan terbang sampai ke tempat conference – di kiri jalan tol setidaknya saya melihat dua masjid yang menonjol ! Ada apa di Thailand ? Tidak ada apa-apa, mereka hanya melihat pasar yang tumbuh pesat – yaitu pasar yang disebut Halal Tourism Industry. Thailand yang rajanya industri pariwisata di region ini, tidak mau ketinggalan dari negeri jirannya yang mayoritas muslim seperti Indonesia, Malaysia dan Brunei !

Tidak Ada Angsa Yang Tidak Bisa Berenang

Sabtu, 13 Mei 2017
Oleh: Muhaimin Iqbal
 
Angsa liar tinggal di pohon-pohon pada ketinggian 4 sampai 20 meter di atas air. Telur angsa menetas di malam hari, dan pemandangan pertama yang disaksikan oleh si kecil angsa keesokan harinya adalah ibunya yang melompat dari ketinggian – terjun ke air yang jauh di bawah untuk mencari makan. Tanpa berpikir panjang dan tanpa rasa takut, si angsa kecil langsung terjun ke air mengikuti ibunya – dan mereka survive sejak hari pertamanya di dunia . Tidak ada angsa yang tidak bisa berenang tetapi manusia banyak yang tidak bisa berenang, mengapa ?

Menuju Perfect Equality

Kamis, 4 Mei 2017
Oleh: Muhaimin Iqbal
 
Tugas yang sangat berat bagi para pemimpin – khususnya di bidang ekonomi – sebenarnya bukan hanya masalah pertumbuhan. Bisa saja pertumbuhan ekonomi itu tinggi, namun bila yang menikmati pertumbuhan itu hanya segelintir orang – maka negeri itu gagal memakmurkan mayoritas penduduknya. Ini yang tersirat dari datanya World Bank dan CIA untuk Indonesia selama lebih dari dua dasawarsa terakhir. Maka pertumbuhan ekonomi kedepan mestinya bukan hanya focus pada growth, tetapi juga harus sangat menekankan pada equality

Small Change, Big Impact

Selasa, 2 Mei 2017
Oleh: Muhaimin Iqbal

Hal-hal kecil yang ada di sekitar kita itu seperti titik dan koma pada suatu kalimat yang panjang. Dia sendiri tidak bermakna apa-apa, tetapi kalimat yang panjang menjadi kacau maknanya bila kita salah menempatkan titik dan komanya. Dalam system ekonomi kita, titik dan koma itu ada pada uang receh – baik yang berupa koin maupun uang kertas yang bernominal kecil. Kita sering risih nggembol uang receh yang menjadi berat di saku kita, tetapi di pintu tol, di putaran pak Ogah, di wc umum, di tempat parkir dlsb. kita menjadi panik manakala tidak ada uang receh.

Collateral Beauty

Sabtu, 29 April 2017
Oleh: Muhaimin Iqbal
 
Alkisah ada petani miskin tetapi memiliki kuda putih yang bagus, semua tetangganya menyarankan untuk menjualnya agar dia bisa memenuhi kebutuhannya. Selain itu kuda yang bagus juga mengundang orang lain yang berniat jahat untuk mengambilnya, tetapi si petani tidak menghiraukan saran para tetangga. Suatu hari kudanya bener-bener hilang dicuri orang, maka tetangganya pada berdatangan dan kebanyakan malah pada menyalahkan si petani. Si petani sendiri tidak bersedih ataupun berduka dengan kehilangan ini, karena dia melihat apa yang tidak dilihat oleh tetangganya – dia melihat collateral beauty !

Sukuk : Akses Modal Untuk Si Kecil (Juga)

Selasa, 25 April 2017
Oleh: Muhaimin Iqbal

Karakter utama dari ekonomi Islam itu adalah keadilan, karena keadilan itulah yang lebih dekat kepada ketakwaan (QS 5:8). Bila ada sumber daya ekonomi yang bisa diakses oleh orang kaya atau perusahaan besar, maka sumber daya yang sama juga berlaku bagi si kecil atau yang miskin. Ekonomi kita timpang karena kebanyakan akses modal dan akses pasar hanya dikuasai segelintir perusahaan besar, bagaimana memperbaikinya ? Beri akses yang sama bagi si kecil.

Rumah Murah Gubernur Baru

Ahad, 23 April 2017
Oleh: Muhaimin Iqbal
 
Kaum muslimin di Jakarta tentu lagi bergembira saat ini karena Gubernur baru yang digadang-gadangnya bener-bener terpilih. Lebih menggembirakan lagi karena pasangan Gubernur dan Wakil Gubernur yang baru ini juga menjanjikan rumah murah tanpa uang muka untuk warganya. Saya tertarik untuk membantu program ini dengan contoh yang lebih konkrit lagi, bagaimana rumah bahkan bisa dicicil dengan jauh lebih murah dari yang ada selama ini. Mau lihat buktinya ?

Satellite View and Beyond

Sabtu, 22 April 2017
Oleh: Muhaimin Iqbal
 
Orang Indonesia punya cara yang baik untuk menggambarkan masalah besar di depan mata yang justru tidak kelihatan, yaitu dengan ungkapan ‘gajah di pelupuk mata’. Senada dengan ini, dalam bahasa Inggris ada ungkapan ‘helicopter view’ – yaitu melihat sesuatu dari ketinggian atau kejauhan supaya yang semula tidak nampak menjadi nampak semua sisi-sisinya. Kalau kita tarik terus ke atas, dengan ‘satellite view’ kita akan bisa melihat scope yang lebih besar besar lagi. Bagaimana kalau terus kita tarik ke atas lagi, apa yang akan kita lihat ?

Riba-Free Ecosystem Untuk Keterjangkauan Rumah

Ahad, 16 April 2017
Oleh: Muhaimin Iqbal
 
Tulisan saya tentang Keadilan Ekonomi Bukan Zero Sum Game dan Wong Telu rupanya banyak mengundang pertanyaan, utamanya terkait bagaimana pengadaan rumah bagi masyarakat muslim itu bisa benar-benar dilakukan tanpa riba. Jawabannya memang di jaman ini menjadi tidak mudah, tetapi bukannya tidak mungkin untuk dilakukan. Bila sejumlah pihak perorangan maupun institusi berusaha cukup keras bersama-sama dan saling menunjang, insyaAllah riba-free ecosystem untuk keterjangkuan rumah itu bisa bener-bener dicapai.

Wong Telu

Kamis, 13 April 2017
Oleh: Muhaimin Iqbal
 
Dahulu dakwah para wali berjalan sangat efektif karena mereka terjun langsung menyelesaikan masalah-masalah yang ada di masyarakat. Mereka mengajarkan amal yang nyata kepada para murid-muridnya, diantaranya adalah ajaran untuk menemui ‘wong telu’ dalam perjalanan dakwahnya. Siapa ‘wong telu’ ini ? Dia adalah tiga jenis orang yang harus ditemui, dalam bahasa jawa disebut wong kang luwe lan ngelak (orang yang lapar dan dahaga), wong kang kepanasen lan kudanan (orang yang kepanasan dan kehujanan) dan wong kang udo (orang yang telanjang).

Keadilan Ekonomi Bukan Zero Sum Game

Rabu, 12 April 2017
Oleh: Muhaimin Iqbal
 
Kemarin saya melakukan survey kecil-kecilan untuk mendeteksi seberapa banyak masyarakat memahami konsep timbangan yang adil dalam ekonomi, hasilnya luar biasa. Lebih dari 200 orang merespon survey tersebut dalam waktu kurang lebih enam jam. Mayoritas pembaca situs ini tentu bisa menjawabnya dengan benar, bahkan ada yang menjawab sangat akurat pada jam 14:02 yaitu Bapak Oki Baskoro Rachmat – Maka beliaulah yang menang Quiz yang sekaligus survey tersebut. Jawabannya ada di artikel saya lebih dari 4 tahun lalu dalam tulisan Kembalinya Timbangan Yang Hilang.

Extreme Weather

Senin, 10 April 2017
Oleh: Muhaimin Iqbal
 
Sudah lebih dari 16 bulan negeri ini tidak mengalami musim kering, April sampai September 2016 lalu yang seharusnya musim kemarau – tetap turun hujan sehingga disebut kemarau basah. Hari-hari ini kita memasuki pekan kedua bulan April – kita juga masih diguyur hujan di sana – sini. Hujan dapat menjadi berkah seperti melonjaknya panenan padi kita tahun lalu, juga bisa menjadi musibah dengan banyaknya tanah longsor dlsb. Tetapi extreme weather bukanlah hal baru, ribuan tahun lalu juga sudah terjadi. Ada cara untuk menyikapinya dan ada cara untuk mengatasinya.

Agar Unta Nabi Saleh Bisa Ikut Minum

Kamis, 6 April 2017
Oleh: Muhaimin Iqbal
 
Sehari setelah saya menyinggung kartel ayam 12 perusahaan dalam tulisan ‘Ketika Iman Diuji’ , menteri keuangan RI malah mengungkap hal yang lebih mengerikan lagi – ternyata industri per-ayam-an hanya didominasi oleh 2 perusahaan saja. Kondisi seperti ini saya yakin bukan hanya pada masalah ayam, tetapi juga masalah makanan dan kebutuhan sehari-hari kita lainnya. Oligopoli yang mendominasi ekonomi ini sungguh tidak mudah untuk dicegah karena itulah karakter ekonomi kapitalisme itu sendiri, yang kuat yang menang dan pemenangnya mengambil semuanya – the winner take it all !

Ketika Iman Diuji

Ahad, 2 April 2017
Oleh: Muhaimin Iqbal
 
Ketika ada sahabat yang datang kepada Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam minta obat untuk saudaranya yang sakit perut, Nabi memberinya madu. Hingga tiga kali sahabat ini datang karena saudaranya belum juga sembuh, Nabi tetap memberinya madu. Ketika sahabat ini mulai ragu karena sakit perut saudaranya tidak kunjung sembuh, Nabi menguatkan imannya dengan “…Alllah pasti benar, perut saudaramu yang bohong…”. Dan setelah terapi madu ini diteruskan - saudaranya memang sembuh, begitulah antara lain iman itu senantiasa diuji.

Sedekah Yang Wangi

Rabu, 29 Maret 2017
Oleh: Muhaimin Iqbal

Ada kebiasaan cerdas dan mulia dari Ummul Mukminin Aisyah Radlianllahu ‘Anha yang tidak terbayangkan oleh kita yang hidup di jaman ini. Yaitu bila ada pengemis mengetuk rumahnya, beliau mengusap uangnya dengan minyak wangi baru kemudian menyedekahkannya kepada si pengemis. Ketika ada yang bertanya mengapa beliau melakukan ini, dijelaskannya bahwa sedekah tersebut sampai di tangan Allah sebelum sampai di tangan pengemis – beliau ingin ketika sampai di tangan Allah sedekahnya dalam kondisi wangi !

La Nina dan El Nino

Ahad, 26 Maret 2017
Oleh: Muhaimin Iqbal
 
Setahun terakhir negeri ini tidak mengalami musim kering karena kemaraunya-pun basah – tetap ada hujan di musim kemarau. Dampaknya lahan sawah yang biasanya ditanami padi satu atau dua kali setahun, tahun ini banyak yang bisa ditanami tiga kali. Karena musim hujan yang turun di musim kemarau – yang biasanya kering – juga membuat kita tidak perlu banyak direpotkan dengan kebakaran hutan yang meluas seperti tahun-tahun sebelumnya. Peristiwa semacam ini bisa dijelaskan secara ilmiah melalui fenomena La Nina dan El Nino, tetapi juga bisa menjadi tadabur terhadap ayat-ayatNya utuk mengantisipasi what next-nya !

Solusi Dari Petani

Jum'at, 24 Maret 2017
Oleh: Muhaimin Iqbal
 
Waktunya tinggal 13 tahun lagi dari yang ditargetkan Uni Eropa untuk ekonomi mereka berubah dari fossil-based economy menjadi bioeconomy yang lebih sustainable, Mereka bahkan sudah memiliki blue print yang sangat jelas tentang The European Bioeconomy 2030. Meskipun belum sedetil Uni Eropa dalam merumuskannya, negara-negara lain pasti juga akan mengikutinya. Bahkan salah satu negeri yang berpeluang sangat baik di era bioeconomy adalah Indonesia, dan ini berarti juga peluag besar bagi para petani untuk mengambil perannya yang lebih significant dalam ekonomi negeri ini kedepan.

Bumi Para Wali

Rabu, 22 Maret 2017
Oleh: Muhaimin Iqbal
 
Selama berabad-abad kaum Yahudi tinggal di kota kecil Yastrib sebelum menjadi Madinah. Mereka berbahasa Arab, berpakaian seperti orang Arab sehingga sulit dibedakan dengan orang Arab pada umumnya. Hanya saja ketika beraktifitas ekonomi, baru karakter asli mereka nampak. Mereka melilit orang Arab dengan pinjaman berbunga tinggi – sedemikian tinggi sehingga tidak bisa dibayar. Melalui cara inilah mereka sedikit demi sedikit menguasai bumi orang Arab. Kapitalisme ribawi yang merupakan penjelmaan praktek tersebut di jaman kita ini, bahkan lebih kejam dari yang dilakukan kaum Yahudi di jaman tersebut. Bagaimana cara system ini mengambil bumi kita ?

Biji Untuk Bumi Yang Mati

Jum'at, 17 Maret 2017
Oleh: Muhaimin Iqbal

Bila kita mengira bahwa swasembada pangan itu telah atau akan segera tercapai tanpa kerja keras, mungkin kita akan kecewa. Sebagian besar masyarakat yang sudah makan kenyang-pun ternyata rata-rata kwalitasnya jauh lebih rendah dari rata-rata dunia. Dalam konsumsi daging merah misalnya (sapi dan domba/kambing), tahun 2016 lalu menurut OECD-FAO rata-rata kita hanya mengkonsumi 2.6 kg/tahun per kapita – sementara rata-rata dunia untuk konsumsi daging yang sama adalah 8.2 kg/tahun per kapita. Bagaimana kita bisa mengejar ketinggalan ini ?

Uang Yang Mengusir Pemiliknya

Kamis, 16 Maret 2017
Oleh: Muhaimin Iqbal
 
Di kota-kota penyangga Jakarta seperti Bekasi, Bogor, Depok, Tangerang dlsb., mudah kita jumpai keluarga tua yang senang berkisah nostalgia tentang rumahnya yang dahulu. Mereka suka bercerita : “…dahulu kami tinggal di…”, tempat yang dimaksud rata-rata kini telah menjadi pusat perkantoran atau perdagangan bergengsi di Jakarta. Apa yang ‘mengusir’ mereka dari tempat tinggal aslinya tersebut ke tempat tinggalnya sekarang ? Tanpa mereka sadari, sebenarnya uang mereka sendirilah yang ikut menjadi penyebabnya. Kok bisa ?